ABSTRAK
Penanaman Nilai Ideologis dan Nilai Pragmatis
dalam Dunia Pendidikan
Danar Takdir Suprayogi
NIM 117835430
Nilai adalah harga atau banyak sedikitnya isi , kadar, mutu sesuatu (KBBI). Ideologis adalah konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup.
Ideologi dalam arti netral merupakan keseluruhan sistem berpikir, nilai-nilai, dan sikap dasar suatu kelompok sosial atau kebudayaan tertentu. Arti kedua ini terutama ditemukan dalam negara-negara yang menganggap penting adanya suatu “ideologi negara”. Diartikan netral karena baik buruknya tergantung kepada isi ideologi tersebut.
Arti yang lain ideologi sebagai keyakinan yang tidak ilmiah, biasanya digunakan dalam filsafat dan ilmu-ilmu sosial yang positivistik. Segala pemikiran yang tidak dapat dibuktikan secara logis-matematis atau empiris. Dalam hal ini nilai ideologis dapat digunakan dalam memberikan stimulus kepada orang lain, (siswa) agar mereka mempunyai suatu harapan berdasarkan nilai idealisme mereka.
Pragmatisme mempunyai dua sifat, yaitu merupakan kritik terhadap pendekatan ideologis dan prinsip pemecahan masalah. Sebagi kritik terhadap pendekatan ideologis, pragmatisme mempertahankan relevansi sebuah ideologi bagi pemecahan, misalnya fungsi pendidikan. Bagi kaum pragmatis, yang penting bukan keindahan suatu konsepsi melainkan hubungan nyata pada pendekatan masalah yang dihadapi masyarakat. Sebagai prinsip pemecahan masalah, pragmatisme mengatakan bahwa suatu gagasan atau strategi terbukti benar apabila berhasil memecahkan masalah yang ada, mengubah situasi yang penuh ketidakpastian. Pendidikan dapat mengacu pada masalah pragmatis dalam memberikan ilmu, karena nilai pragmatis dalam dunia pendidikan merupakan keseimbangan dalam mencetak embrio-embrio harapan bangsa. Konteks pragmatis disini dapat berorientasi pada pendidikan praktik yang diajarkan oleh guru dalam mengapresiasikan teori-teori yang telah diberikan pada saat-saat sebelumnya.
Pendidikan pada kaum pragmatisme menghendaki pembagian yang tetap terhadap persoalan yang bersifat teoritis dan praktis. Pengembangan terhadap yang teoritis akan memberikan bekal yang bersifat etik dan normatif, sedangkan yang praktis dapat mempersiapkan tenaga profesional sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Proporsionalisasi yang teoritis dan praktis itu penting agar pendidikan tidak melahirkan materialisme terselubung ketika terlalu menekankan yang praktis. Pendidikan tidak dapat mengabaikan kebutuhan praktis masyarakat, sebab kalau demikian yang terjadi berarti pendidikan tersebut dapat dikatakan disfungsi, tidak memiliki konsekuansi praktis. Pada intinya diperlukan keseimbangan antara ideologis dan pragmatais dalam dunia pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar